14 Mei 2017

Hukum Menjadikan Agama Sebagai Bahan Candaan dan Olok-Olok

Fenomena berolok-olok dalam perkara agama ini bukanlah perkara yang langka bagi kita. Seolah-olah bukanlah lagi hal yang sakral, sering sekali kita temui di sekitar kita orang yang dengan mudahnya menjadikan perkara agama sebagai bahan olok-olok untuk ditertawakan.


Dan sungguh disayangkan, sebagian orang yang melakukan perkara itu malah orang-orang yang dianggap sebagai dai, para juru dakwah yang mengisi acara-acara ceramah agama di tengah-tengah masyarakat. Adapun yang lebih disayangkannya lagi adalah orang-orang awam (orang yang dangkal pemahaman agamanya) dan ketika diingatkan malah justru tersinggung dan marah, padahal hal tersebut tidak diajarkan dalam Islam. 


Sebagian orang berolok-olok dengan firman Allah,


وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ


“Dan rukuklah kalian bersama orang yang ruku’.” (QS. Al Baqarah: 43)


Mereka plesetkan dengan, “Dan merokoklah kalian bersama orang yang merokok.” Dan mereka jadikan ayat ini sebagai dalil disyariatkannya “Merokok berjama’ah”, na’udzubillah.


Di lain ayat Allah berfirman,


وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَىٰ


“Wala taqrabu az zina, janganlah kalian dekati zina.” (QS. Al Isra’: 32)


Mereka jadikan ayat ini sebagai olok-olok dan mereka plesetkan artinya dengan “Hari Rabu jangan berzina, selain hari Rabu silakan saja.” Wal’iyadzubillah.


Sebagian yang lain mengolok-olok wanita yang multazimah, wanita yang berpegang teguh dengan agamanya dengan mengenakan jilbab besar yang berwarna gelap atau memakai cadar. Mereka olok-olok dengan panggilan “Ninja, ninja!” atau mereka gelari dengan sebutan “Kuntilanak” atau yang semisalnya.


Atau contoh lain, sebagian orang mengejek orang yang berjenggot karena mengamalkan sunnah Rasul dengan menirukan suara kambing ketika mereka lewat. Menyerupakan orang yang berjenggot dengan kambing.


Ini semua adalah bentuk ISTIHZA’, berolok-olok dalam perkara agama yang dilarang keras di dalam Islam, bahkan ditakutkan pelakunya bisa murtad, keluar dari Islam.


Kenapa Bisa Murtad?


Asy Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di menjelaskan,


“Sesungguhnya berolok-olok dengan Allah, ayat-ayatNya dan rasul-Nya mengeluarkan seseorang dari agama karena pondasi agama ini dibangun di atas pengagungan terhadap Allah, pengagungan terhadap agama dan Rasul-RasulNya. Maka berolok-olok dengan perkara tersebut menafikan pondasi agama dan benar-benar membatalkannya.” (Tafsir As Sa’di, At Taubah: 65-66)


Di dalam Al Quran Allah berfirman,


وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّـهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ


“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu) tentulah mereka akan menjawab: ”Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah terhadap Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kalian berolok-olok? Tidak usah kalian meminta maaf, karena sungguh kalian telah kafir sesudah beriman.” (QS. At Taubah: 65-66)


Sebab Turunnya Ayat


Tahukah Anda sebab turunnya ayat ini?


Dahulu ada sekelompok manusia yang bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam perang Tabuk. Di dalam suatu majelis mereka mengatakan,


“Kita tidak pernah melihat seperti para pembaca Al Qur’an kita ini yang paling dusta lisannya, paling buncit perutnya, paling penakut ketika bertemu musuh”,


Yang mereka maksudkan dengan ucapan mereka itu adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya.


Pada waktu itu di antara mereka ada seorang dari kalangan sahabat, maka sahabat ini pun marah dengan ucapan mereka ini. Dia pun pergi dan melaporkan apa yang terjadi kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Sebelum dia sampai kepada Rasulullah, wahyu telah turun mendahuluinya.


Maka datanglah kaum tersebut kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk meminta maaf. Berdirilah salah seorang dari mereka dan bergantungan di tali pelana onta Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam keadaan beliau mengendarainya, orang tersebut mengatakan,


“Wahai Rasulullah sesungguhnya kami hanya berbincang-bincang untuk menghilangkan rasa penat dalam perjalanan, kami tidak memaksudkan untuk memperolok-olok, kami hanya bersenda gurau,”


Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak menoleh sedikit pun kepadanya dan beliau hanya membacakan ayat tadi,


قُلْ أَبِاللَّـهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ


“Katakanlah, apakah terhadap Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kalian berolok-olok? Tidak usah kalian meminta maaf, karena sungguh kalian telah kafir sesudah beriman.” (QS. At Taubah: 65-66)


Asy Syaikh DR. Shalih Al Fauzan, ulama besar Saudi Arabia dalam Kitab beliau Syarah Nawaqidil Islam “Penjelasan tentang Pembatal-pembatal Keislaman” menjelaskan,


“Ini merupakan dalil bahwa barangsiapa mencela Allah, Rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya atau sedikit saja dari Al-Qur’an atau Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, maka dia telah murtad dari Islam walaupun hanya bersenda gurau.” [hal. 26]


Kalau ada yang mengatakan, “Ini kan cuma bercanda, orangnya kan mungkin tidak punya niat untuk mencela atau merendahkan. Cuma guyon saja kok..”


Maka kita katakan bahwa kasusnya sama saja dengan kisah Perang Tabuk yang telah kita sampaikan di atas. Orang yang mengolok-olok Rasulullah dan para sahabat tadi juga mengemukakan alasan yang serupa,


“Kami hanya bersenda gurau dan bermain-main.”


Tapi tetap saja Allah kafirkan dengan firman-Nya,


لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ


“Tidak usah kalian meminta maaf, karena sungguh kalian telah kafir sesudah beriman.” (QS. At Taubah: 65-66)


Oleh karena itu saudaraku seiman, hendaknya kita jaga lisan dan sikap kita dari menjadikan perkara agama, atau simbol-simbol agama sebagai bahan candaan dan olok-olok.


Apakah tidak ada bahan candaan lain sehingga perkara yang semestinya kita agungkan dan kita sakralkan ini pun kita jadikan bahan olok-olok?


Ingatlah selalu peringatan dari Allah terhadap orang yang berolok-olok dengan agamanya,


لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ


“Tidak usah kalian meminta maaf, karena sungguh kalian telah kafir sesudah beriman.” (QS. At Taubah: 65-66)


Wallahu ta’ala a’lam.


Ditulis oleh Abu Umar Wira Bachrun Al Bankawy di Darul Hadits Ma’bar, 14 Ramadhan 1433 H – 2/8/2012. Dengan sedikit penambahan.


13 Mei 2017

Jangan Bandingkan Indonesia dengan Negara Barat : Dari Dahulu Indonesia ada di Timur bukan Barat




Entah apa yang merasuki pikiran sebagian kecil manusia Indonesia dalam cara pandang menilai negaranya sendiri. Dari sebagian kecil itu diantara mereka ada yang memang 'buta' sejarah dari lahir tapi tidak sedikit dari mereka yang 'melek' atau mengetahui sejarah bangsa ini. 

'Buta' sejarah dari lahir disini penulis artikan sebagai generasi yang tidak tahu sejarah bangsanya yang maksudnya adalah generasi yang lahir setelah masa reformasi yang enggan untuk menambah wawasan sejarah bangsa baik dari buku-buku literatur sekolah maupun buku-buku suplemen sejarah bangsa Indonesia yang diusahakan sendiri. Berbeda hal bagi sebagian mereka yang lainnya yang mengetahui atau 'melek' sejarah bangsa ini karena mereka lahir sebelum masa reformasi bahkan mungkin ada yang menjadi pelaku sejarah namun sayangnya seolah mereka amnesia akan sejarah itu. 

Persamaan dari mereka adalah sama-sama menilai kenyataan bangsa yang ada sekarang hanya menurut egosentris mereka. Padahal mereka-mereka ini tak luput dari bangku sekolahan yang super premium baik dalam dan luar negeri, bahkan plesiran keluar negeri menjadi jadwal rutin tahunan mereka. Idealnya kelebihan mereka ini untuk membangun bangsa dengan arif dan bijaksana bukannya malah mendiskreditkan dan nyinyir di media sosial yang hanya memojokkan dan merendahkan bangsanya sendiri. Pantaskah kita yang hidup, mencari penghidupan dari alam-nya, dan sudah beranak pinak di suatu bangsa malah justru melakukan sikap-sikap yang destruktif baik dengan kata-kata maupun tindakan?, tak jarang kita lihat  pada pernyataan-pernyataan yang mereka tulis maupun yang dilontarkan, kerap kali membuat sebagian besar manusia Indonesia yang lainnya mengelus dada serta mengernyitkan dahi merasa heran dan seraya bertanya "ada yah manusia model begini?"

Indonesia dari dahulu secara letak geografisnya disepakati dan dipahami berada di wilayah timur dunia ini, maka mustahil ada di wilayah barat atau wilayah bagian lainnya. Segala apapun mengenai wilayah ini pasti tidak akan pernah sama dengan wilayah lainnya, baik itu dilihat dari sisi budaya, tradisi, ideologi bangsa, pandangan politik, kekayaan alam, agama, serta masih banyak lagi yang lainnya. Jadi amatlah tidak bijak jika kita membandingkan yang tidak seharusnya dibandingkan, teori perbandingan secara umum yang dikenal bukankah apple to apple? jangan memaksakan untuk membandingkan apel dengan jeruk atau sebaliknya, atau memang maksud kalian itu adalah sebagai bentuk propaganda untuk mendegradasikan pemahaman orang lain yang tidak sejalan dengan ke-egosentris-an kalian? Sudahlah cukup dan hentikan propaganda busuk kalian, kalian sudah cukup membuat bangsa ini membuang energi percuma dengan pemaksaan pikiran sesat kalian. 

Terlepas dari perbandingan yang tidak cerdas di atas, persoalan lainnya adalah mengenai hal kepercayaan yang dianut manusia Indonesia, apakah orang yang mempercayai, meyakini, dan menjalankan ajaran agamanya tersebut itu adalah kalian anggap lelucon yang hanya melahirkan bahan tertawa kalian? Sungguh biadab cara berpikirnya seperti itu. 

Ini Indonesia, negara dengan dasar negara Pancasila dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, apakah meyakini ajaran agama di Indonesia itu salah dan sudah bisa di buat bahan tertawa kalian? Jika jawabannya iya, coba cari dimana anda terakhir kali letakan otak anda. 

Dibanyak ruang media kalian menyebut sebagian besar manusia Indonesia jangan ke-arab-arab-an dan pada ruang ini penulis sampaikan juga tolong jangan sok ke-barat-barat-an. Jangan pernah lagi membandingkan bangsa Indonesia dengan bangsa barat yang hobi menjajah, kalian tidak mau kan dibanding-bandingkan secara tidak fair?.



Jawaban bagi kalian yang suka merendahkan bangsa sendiri dengan membandingkannya secara tidak cerdas.


Bogor
Ahad, 17 Sya'ban 1438 H / 14 Mei 2017
-DM-